Judul buku: Rasa Cinta
Penulis: Ariev Rahman, dkk
Penerbit: Bukune
Kategori: Fiksi, Kumpulan cerpen
Terbit: September 2012
Harga: Rp 45.000
Mencecap cerita di
setiap rasa.. Rasa Cinta
Kumpulan cerita ini diawali dengan Loenpia
Semarang yang setiap gigitannya memberi jeda sebelum bertemu dengan kekasih
gelap. Lalu berlanjut dengan flash
fiction dan juga beberapa puisi lain dengan benang merah kuliner. Ada kenangan yang terselip di
balik setiap makanan dan minuman favorit. Roti bakar cokelat keju yang membuat
pilu karena teringat akan cinta yang tak direstui, filosofi mi tarik yang
memberi persepsi baru akan hubungan cinta jarak jauh, legitnya bika ambon yang
membawa rindu akan kehadiran seorang ayah, atau sepoci teh yang memberi hangat
pada hati yang terus mendamba kehadiran dia yang teristimewa.
Saya terkagum akan ide yang ditawarkan dalam
buku ini, mengolah dan mendeskripsikan setiap rasa yang dikecap lidah dan
mengaitkannya dengan perjalanan hidup anak manusia. Buku ‘Rasa Cinta’ terbagi
dalam 3 kategori: Appetizer, Main Course, dan Dessert. Dan seperti judulnya,
setiap cerita dalam tiga kategori tersebut menghadirkan makanan atau minuman
yang sesuai dengan kategorinya. Misalnya Roti bakar sebagai hidangan pembuka
(Appetizer), Nasi Goreng sebagai makanan utama (Main Course), dan Cheesecake
sebagai sajian pencuci mulut (Dessert). Tujuh penulis dengan cara menulis kisah
yang berbeda, namun disatukan dalam satu buku dengan peletakan cerita yang membuat
saya sebagai pembaca penasaran untuk menyimak lagi kisah apa yang ditawarkan
selanjutnya. Memang bukan sebuah novel yang setiap babnya akan menyambung
cerita dari bab sebelumnya, namun justru cerita-cerita lepas yang disajikan
tidak terlalu panjang dan membuat saya
menagih untuk menyelami rasa apa lagi yang akan dikisahkan.
Meski secara keseluruhan saya menyukai kumpulan
kisah pendek dan puisi ini, namun tetap saya harus memberikan kritik untuk buku
ini. Pertama, secara teknis. Hal yang sepertinya ringan namun berulang yang
menjadikan mengganggu: lumayan banyak salah tulis alias typo. Misalnya yang bikin gemes: ‘es kepala muda’ dan ‘santan
kepala’ :D Kedua, karena ini konsepnya adalah
menceritakan tentang kuliner yang membawa kita pada sebuah kisah, untuk
beberapa cerita saya merasa agak memaksakan dan makanan atau minuman yang ada
di dalamnya seperti sekadar cameo
saja, atau mungkin tuntutan untuk memenuhi halaman buku? Semoga nggak begitu :D. Ketiga,
saya harus ‘menganugerahi’ cerita paling gengges (ganggu) pada ’Dua Tangkup Cinta’
milik Roy Saputra. Ceritanya dari awal saya baca di kategori Appetizer, ah mbulet lah, pikir saya. Sepertinya
memang itu konsep yang ditawarkan si penulis, tentang tiga orang yang
merancangkan skenario saling menjebak untuk memanfaatkan seseorang. Namun
ternyata cerita itu masih dilanjutkan di Main Course dan Appetizer yang
akhirnya ketahuan apa maksud dari kembuletan
itu. Tapi tetap saja, saya nggak suka dengan jalan cerita yang menurut saya
maksa ini. Maaf Roy, sepertinya (tulisan) kamu memang bukan selera saya sejak
di ‘Trave(love)ing’, hehee ..
Jadi sekali lagi, secara keseluruhan saya
menyukai buku ini. Sebagai teman bacaan yang ringan yang membawa suasana
melankolis dan komedi. Sebuah konsep baru yang ditawarkan di antara keriuhan
buku roman dan kisah perjalanan. Selamat membaca, selamat mencecap rasa! :D
dinoy
No comments:
Post a Comment