Thursday, April 26, 2012

BANGKOK: A CONVERSATION TRAVELING


(this pic was taken in front of Lumpini Park, Bangkok)


Bepergian sendirian justru memicu saya untuk menjalin komunikasi dengan orang asing di sekitar saya, and that was happened all the way in Bangkok, during my short solo traveling in 2011. Mulai dari percakapan dengan sopir taxi yang mengira saya Viatnemese, ngobrol di pasar Cathuchak dengan pria Tibet yang manis yang berlanjut mem flirting i saya via sms (He said he dreamed about me in the night after we met, lol!), a coincidence conversation with a Germany dude in a city bus –which apparently he’s my dorm mate in the hostel-, sampai ngobrol iseng dengan Grandpa Don di Siam Paragon Mal. That was all my priceless experience ! Saya nggak menyesal dengan batalnya saya mendatangi beberapa tempat kunci di Bangkok. Well who cares with that, as long as I got what I’ve looking for in my traveling: a new experience with some new people in this universe
to be continued..
this is the gimmick about a travelogue I’m gonna make, hopefully ^^


Saturday, April 21, 2012

dan setelah hujan reda


dan setelah hujan reda, apakah yang tersisa?
dari kamar sini aku bisa mencium bau segar dan basah yang menyenangkan
udara yang mengayunkan perasaan dan membuat ingin terbuai saja.
apa yang kamu rasakan setiap kali hujan selesai?
senang kah? kecewa kah kenapa cepat berakhir?
atau hanya sepertiku yang cuma diam dan menikmati apa yang ditawarkan alam.
hujan menyapu tanah seperti air laut yang menyapa pasir pantai.
hujan membawa butiran-butiran air tanah demi untuk dikembalikan ke asalnya.
hujan membuat selaput perasaan melankolis hinggap di hati.
menipu diri seolah ada kenangan yang perlu diputar.
ha ha, padahal semuanya biasa saja.
namun benar bukan, bahwa hujan selalu membawa nuansa tersendiri.
bau segar, hawa sejuk, dan akhirnya kita akan tiba di satu kata itu:
nyaman.

Ternyata saya sudah lama tidak menangis..



Ternyata saya sudah lama tidak menangis.. benar-benar menangis, mengeluarkan air mata. Oh memang, terakhir menangis kurang lebih tiga minggu yang lalu karena kesakitan saat saya terserang cacar air. Tapi yang saya maksud dengan menangis adalah karena hal yang berasal dari batin. Keresahan yang terabaikan, perasaan yang dibiarkan berlarut-larut, dan kegundahan yang melapuk. Dan barusan saya sampai di titik itu: menangis. Isakan dan air mata yang rasanya tak lebih dari tiga menit namun cukup menunjukkan bahwa saya tak mampu lagi mengacuhkan apa yang terpendam di lubuk sana. Ia lelah, ia letih, jenuh menanggungnya dalam sunyi. Lalu dikeluarkannya bentuk-bentuk reaksi melalui air mata dan isakan yang tak perlu lama. Apa sebabnya, saya tak bisa menjelaskannya. Namun cukup aku dan air mataku yang tahu, bahwa aku sudah mendeteksi kegelisahan itu. Karena ternyata aku pun masih manusia biasa yang nggak akan mampu berpura-pura semuanya baik-baik saja...
Dan akupun menangis,,

        lalu aku terisak
                      ......

Sudah lama rasanya.

:)