Monday, July 30, 2012

Thoughts After Reading Novel 'My Boyfriend's Wedding Dress'


Judul: My Boyfriend's Wedding Dress
Penulis: Kim Eun Jeong
Penerbit: Haru
Genre: Romance, Comedy
Kategori: Fiksi, novel terjemahan
Harga: Rp 65.000

Gaun pengantin yang tertukar, lalu lari dari pernikahan. Dan serentetan masalah kemudian menghampiri kehidupan Se Kyoung, perempuan berumur 28 tahun yang bekerja di bidang event organizer. Se Kyoung tak menyangka bahwa keputusannya mengevaluasi ulang rencana pernikahannya dengan Hyo In di detik-detik terakhir malah menyeretnya ke banyak masalah baru yang melibatkan dua pria lainnya, yaitu Kang Hoo dan Hae Yoon. Kang Hoo adalah pianis andal yang juga mantan kekasih Se Kyoung, yang tengah berusaha mati-matian untuk membawa Se Kyoung kembali ke dalam pelukannya. Sementara Hae Yoon adalah pengacara internasional berdarah Korea yang jauh-jauh terbang dari New York ke Seoul, melawan fobianya akan naik pesawat terbang, demi menuntut pertanggung jawaban dari Se Kyoung.

Akibat keteledoran dari pihak perancang gaun pengantin di Italia yang salah alamat dalam mengirim gaun pengantin, harus ditanggung oleh Se Kyoung sepenuhnya. Ia harus diikuti oleh seorang pria yang mengaku bahwa gaun itu adalah milik tunangannya yang setengah mati menginginkan gaun itu kembali. Se Ji, adik dari Se Kyoung, menambah rumit masalah ini dengan membawa gaun itu ke daerah yang jauh dari Seoul. Petualangan mengejar gaun pengantin pun dimulai, Se Kyoung bersama pria itu pergi ke tempat yang ditunjukkan Se Ji. Di tengah-tengah usaha mereka untuk mendapatkan gaun itu, tiba-tiba tunangan si pria muncul. Kang Hoo juga sepertinya tidak dapat melepaskan Se Kyoung dari pandangannya barang sehari saja, sehingga ia pun ikut menyusul. Dan disinilah konflik mulai meruncing. Se Kyoung merasa masalah demi masalah tak henti hentinya menyerangnya. Apa yang harus ia lakukan untuk menghentikannya?

Novel korea ini adalah novel kedua karya Kim Eun Jeong yang saya baca-setelah So, I Married the Antifan, dan sekaligus novel korea terjemahan ketiga yang saya baca. Awalnya, saya merasa ide ceritanya klise, yaitu pria dan perempuan yang dari awal saling membenci, namun karena seringnya kebersamaan lalu timbul perasaan-perasaan cinta. Itu yang sudah bisa saya duga dari awal sampai pertengahan membaca novel ini. Namun ketika saya bertahan dan meneruskan membaca, saya terus dibuat-buat menebak, apakah akhirnya Kang Hoo atau Hae Yoon yang kemudian akan menjadi kekasih Se Kyoung? Adegan-adegan dan alur yang tak terduga membuat saya berhenti menilai bahwa ide ceritanya adalah ide yang klise. Well, bisa dibilang saya cukup menikmati ceritanya. Karakter Kang Hoo yang tidak mudah menyerah dalam memperjuangkan cinta, Se Kyoung yang sudah tidak mau lagi mempercayai cinta namun diam-diam tidak dapat menolak datangnya perasaan itu lagi, ataupun Hae Yoon yang selalu sinis karena masa lalunya yang buruk. 

Membaca novel inipun saya sempat dibuat agak puyeng, karena menurut saya terlalu banyak adegan yang memang seharusnya lebih enak dinikmati secara visual sih, semoga saja ya K-Dramanya akan segera dibuat. Tapi itulah keasyikannya, karena menurut saya seni membaca novel terjemahan adalah seni mempelajari budaya-budaya dan simbol-simbol dari negara yang dijadikan latar cerita. Ya, termasuk juga mempelajari gaya bersikap dan bercakap-cakap mereka. Cukup menarik! :)

dinoy

Sunday, July 29, 2012

Books Reviewer



Saya suka membaca buku, lebih-lebih novel. Dan kesukaan saya itu membuat saya tertarik untuk menulis review buku, mulai sekitar setahun yang lalu. Menurut saya, menulis review buku melatih kemampuan saya untuk menulis kembali rangkuman cerita dari buku yang saya baca, tanpa bermaksud menjadi spoiler alias membocorkan jalan cerita keseluruhan. Awalnya sih, review-review buku yang saya baca hanya untuk kesenangan pribadi, yang saya tuangkan di blog pribadi saya. Tapi mulai bulan Mei 2012 lalu, saya mulai menulis review untuk buku-buku terbitan Penerbit Haru yang dimuat di tabloid dan majalah. 

Bermula dari kesukaan saya membaca buku-buku Penerbit Haru, dan melihat review dan kuis buku mereka di suatu tabloid, lalu saya mengajukan diri untuk membuat bahan reviewnya. Dan saya berterima kasih karena Penerbit Haru sudah mengijinkan saya untuk melakukannya. Total sudah ada review 5 buku di 3 tabloid dan 4 majalah yang sudah saya buat untuk Penerbit Haru sampai dengan sekarang.




Review novel Then I Hate You So (Andry Setiawan) di tabloid Asian Plus edisi 2- 8 Mei 2012.






Review novel Then I Hate You So (Andry Setiawan) & So, I Married The Antifan (Kim Eun Jeong) di majalah Asian Hits Vol 028 (Mei 2012).





Review buku non fiksi-pengembangan diri We Cannot Stop Here (Hong Seung Seong) di majalah Asian Hits Vol 029 (Juni 2012).






Review novel SeoulMate is You (Lia Indra Andriana) di tabloid Asian Plus edisi 481 (13 – 19 Juni 2012).






Review novel SeoulMate is You (Lia IndraAndriana) di majalah Asian Look vol 23 (Juli 2012).









Review novel My Name is Kim Sam Soon (Ji Su Hyun) di tabloid Asian Plus edisi 486 (18 – 24 Juli 2012).






Review novel My Name is Kim Sam Soon (Ji Su Hyun) di majalah Asian Hits Vol 030 (Juli 2012).





Review-review yang saya tulis tersebut tentunya tidak langsung dikirimkan ke media oleh Penerbit Haru, melainkan ada proses penyuntingan terlebih dahulu, dan setiap revisinya diberitahukan kepada saya. Saya harap sih, saya masih diberi kesempatan untuk menulis review buku-buku Penerbit Haru selanjutnya, sekaligus melatih kemampuan menulis saya yang dibaca oleh kalangan luas. :)

dinoy


tambahan review buku Haru:

                                                                                  

Review novel My Boyfriend's Wedding Dress (Kim Eun Jeong) di majalah Asian Look Vol 24 (Agustus 2012). 





Review novel My Boyfriend's Wedding Dress (Kim Eun Jeong) di tabloid Asian Plus edisi 491 (29 Agustus - 04 September 2012).







Review novel Seoul Cinderella (Lia Indra Andriana) di tabloid  Asian Plus edisi 494 (19 - 25 September 2012).













Review novel Seoul Cinderella (Lia Indra Andriana) di majalah Asian Look Vol 25 (Oktober 2012)  







Review novel Close To You (Clara Canceriana)  di majalah Asian Hits Vol 32 (Oktober 2012)









Review novel Close To You (Clara Canceriana)  di tabloid Asian Plus edisi 500 (31 Okt-6 Nov 2012)




                                                                                                                   




Review novel Cheeky Romance (Kim Eun Jeong) di tabloid Asian Plus edisi 502 (14-20 Nov 2012






Review novel Cheeky Romance (Kim Eun Jeong) di majalah Asian Look edisi 26 (November  2012) 



Saturday, July 14, 2012

Tentang Dua Ransel Wannabe


Oke.

Balasan singkat dari bos melalui pesan blackbery membuatku bersorak girang dalam hati, lalu bergegas membereskan laptop untuk segera meninggalkan kantor. Sekitar 30 menit lalu aku ijin untuk pulang cepat karena ada acara. Well, sebenarnya nggak fair juga kalau dibilang 'pulang cepat', karena jam kerjaku berakhir pukul 17:30, tepat saat aku mengajukan ijin pulang tadi. Namun begitulah, profesi sebagai auditor seolah  mempunyai jam kerja yang tak terbatas -ya, tentunya ini berlebihan, tapi kamu ngerti kan maksudku?

Lalu di sinilah aku sekarang, 30 menit kemudian. Melongo melihat pemandangan jalan raya menjelang masuk kawasan Sudirman. Rentetan mobil yang berbaris seolah parkir di jalan raya. Metromini dan kopaja mencoba ikut berpartisipasi meramaikan jalan. Stuck! Jumat malam, apalagi yang bisa kamu harapkan dari Jakarta, huh?

Kulirik jam di blackberry ku, hmm.. kalau tepat waktu seharusnya acara sudah berlangsung setengah jam yang lalu. Tiba-tiba gadget yang akhirnya kubeli dari hasil pembagian bonus perusahaan Februari lalu ini menyala merah, tanda ada notifikasi masuk. Segera kubuka pesan baru yang masuk dan, aarrgghh! Aku mengerang dalam hati. Mereka sudah di sana, aku terlambat. Kulirik lagi jalanan di depanku dari balik kaca jendela Kopaja. Nggak ada harapan kalau terus begini ..

Cepat-cepat aku melangkahkan kakiku keluar dari Kopaja, memutuskan beralih ke bis TransJakarta. Sepertinya ini keputusan yang benar, mengingat bis ini memiliki jalur khusus yang setidaknya akan menghindarkan dari kemacetan. Setidaknya itu yang ada di pikiranku, sampai aku melihat barisan antrian penumpang yang … dang! banyak juga yang antri mau naik TransJakarta …

Sembari meringis tak sabar, aku mengingat-ingat lagi apa yang terjadi dan membawaku sampai pada situasi ini …

04 Juni 2012
Tanggal saat aku memutuskan untuk bergabung di sebuah grup blackberry messenger .. Grup yang diprakarsai oleh beberapa orang yang sebelumnya pernah bertemu di suatu acara. Grup yang memiliki satu kesamaan di antara sekian banyak perbedaan anggotanya, yaitu sama-sama suka traveling. Kesamaan itu yang awalnya mengikat grup ini dalam suatu topik pembicaraan, meski akhirnya pembicaraan jadi meluas kemana-mana but I like it! Canda tawa yang nggak ada habisnya, berbagi keharuan melalui celoteh tentang mimpi dan asa, juga saling menolong jika ada yang membutuhkan informasi.

Awal dicetuskan untuk berkumpul di hari Jumat pukul enam malam, aku sudah menyiapkan penolakan. Jarak Fatmawati – Grand Indonesia yang seyogyanya hanya berkisar setengah jam, pastilah bisa jadi tiga kali lipat jika dalam kondisi macet. Like I said, a Friday night, what can you expect from Jakarta but damn traffic jam, right? Ah tapi setelah hanyut dalam percakapan yang menyenangkan dan membuat hari-hariku semakin riuh itu, pastinya aku jadi nggak sabar bertemu dengan mereka, meski nggak semua anggota ikut hadir …

Kembali berpijak di halte TransJakarta. Aku melirik gelisah menanti kedatangan bis ke arah Kota. Dan lagi-lagi ada notifikasi pesan masuk:

Kak Dini aku udah di halte depan FX, kamu di mana?

Happy, salah satu anggota termuda dari grup ini ternyata juga sedang menanti TransJakarta di halte yang dekat dengan halteku.

…..

19.30
Akhirnya aku dan Happy memasuki kawasan perbelanjaan termegah di Jakarta ini. Pertemuan yang nggak disengaja, karena ternyata kami bisa naik bis TransJakarta yang sama dan bertemu di halte bunderan Hotel Indonesia. Aku melangkahkan kakiku lebar-lebar, tak sabar bertemu dengan manusia-manusia seru itu. Aku bahkan menolak ajakan Happy untuk singgah ke kamar kecil. Benar-benar nggak sabar! Selama ini hanya membaca obrolan seru mereka dengan gaya khas masing-masing, kira-kira seperti apa yah penampakannya? :)

22 Juni 2012. Grand Indonesia-Jakarta. Lantai 3. Skybridge. Foodlouver. Tamani Express.

Lalu tak sukar menjumpai kawanan anak muda yang sedang bercengkerama seru ini. Donal, Achid, Harry, Ariev, Ojie, Ulfa, Fetty, Tyo, Hardi, dan Heri. Satu persatu kukenali dengan berjabat tangan. Aku dan Happy lantas berbaur. Entah apa saja yang kami obrolkan sehingga tampak bukan lagi seperti kawan-kawan baru, melainkan reuni sahabat-sahabat lama. Oh ya, sebelumnya ada juga Elly yang sayangnya harus duluan pergi sebelum kedatanganku. Menyusul Adhitya alias Ochoy dan Nugroho alias Ndut datang bergabung, lalu ramailah satu pojok food louver oleh celotehan kami. Berbagi cerita, saling mencela, tertawa, tukar kado, yah sebut saja hal-hal yang membuat kami bisa lepas seperti itu dan tak jarang menarik perhatian dari orang lain di sana …



Dan lantas ada satu momen yang seketika membuat hening, ketika Husni, salah satu anggota yang berada di benua Afrika mewakili kehadirannya melalui sebuah foto. Kami trenyuh, meneteskan air mata dalam arti sebenarnya. Begitu inginnya dia ada di antara kami dan juga sebaliknya, andai kami pun bisa mendengar langsung cerita-cerita serunya di benua hitam sana. Itulah sahabat, tak peduli seberapa jauh jarak yang terhampar, dia selalu terasa dekat. :)



Dua Ransel Wannabe.

Komunitas teman-teman baru yang tersebar di berbagai kota: Jakarta, Jogjakarta, Bekasi, Bandung, Manado, Denpasar, bahkan Malawi (Afrika). Awalnya kami disatukan oleh Dina dan Ryan, pasangan petualang melalui akun twitter mereka @DuaRansel. Awalnya kami diikat oleh hasrat kami untuk mengelilingi dunia. Namun kini semua meluas menjadi jalinan persahabatan yang tak perlu dibatasi topik pembicaraan, apalagi usia. :)

Nothing to wish for this friendship but, let’s be ourselves and complete each other sincerely. :)

dinoy


ps: artikel ini juga ditujukan buat temen-temen DRWB yg nggak bisa dateng gathering: Rere, Antho, Adith, Aini, dyudo, oleq, sastri, farchan, Sony, Uliel dan Widi. :)

Thursday, July 12, 2012

Kangen Itu ...


Kangen itu,, kira-kira begini ..
Kamu sedang berada di antara teman-teman yang menyenangkan namun pikiranmu masih mengembara ke dia.
Berharap waktu bermurah hati untuk mempersatukan dua raga di dua tempat berbeda.
Tak ada yang salah dengan canda lucu dari suara-suara yang kudengar di sekelilingku dan betapa aku menikmatinya.
Tapi semua terasa kurang sempurna tanpa dia, yang menjadi ujung pangkal rasa kangen ini.
Aku teringat hari itu tatkala kami berdua berjalan di bawah angkuhnya matahari.
Tak dibiarkannya kami berleha tanpa setitik peluh, dan sengat teriknya lalu mengingatkan kami akan kebutuhan kami pada air.
Lalu aku menengguk sebotol sari buah dingin yang disodorkannya.
Kulirik dia dari celah mataku, dan ia tertawa kecil menampakkan baris rapi giginya.
Aku mengabadikan momen itu di celah ingatan.
Sebelum usang dimakan waktu.
Lalu ia mengajakku duduk di sebuah kedai, katamu kita tak perlu menentang matahari, beristirahatlah barang sejenak.
Lalu mengalirlah percakapan ringan kita yang takkan pernah kulupa.
Kamu dan mimpi-mimpimu, aku dan hasrat-hasratku.
Lalu ada yang tak aku sadari hingga lama.
Bahwa kita membiarkan tangan kita saling berpaut tanpa ragu.
Bahwa tak pernah aku merasa senyaman itu berbagi dengan seseorang.
Bahwa terkadang kamu itu lebih lucu dari yang pernah kutahu ..
Dan aku benci saat kesadaran itu perlahan datang.
Matahari mulai turun, kamu mulai mengucapkan perpisahan.
Dan aku terdampar di kesunyian saat mengingat itu semua.
Tak tahukah kamu bahwa semua perjalanan ini untuk kamu?
Untuk menghapus baris rinduku yang tak kunjung berakhir?
Dan yang kusadari memang butuh ribuan mil jarak untuk membuatku lupa akan perasaan rindu ini.
Aku menyerah.

Wednesday, July 11, 2012

Kala Senja di Cipanarikan


Senja itu, di Pantai Cipanarikan ..
Setelah terkagum-kagum oleh hamparan pasir putih yang indah membentang dan deburan ombak dengan suaranya yang menggoda, aku lantas terduduk dan menunduk.
Membiarkan beberapa kawan bermain dan tertawa lepas, kemudian aku melakukan sesuatu.
Berbekal ranting kayu yang tanpa ia mau harus terpisah dari induknya, aku mengaduk-aduk butiran pasir nan lembut itu.
Menulis namanya.
Dan segurat kerinduan itu lantas membuncah.
Dia ada dengan sederhana.
Di sanubari yang dilanda keriuhan sahabat-sahabat baru, namun ia setia di sana.
Senyum kecil ini mengembang melihat namanya tertulis di atas pasir.
Cukup menghadirkan satu nama itu, yang entah kapan akan bisa aku ketemui lagi, karena ketakutanku untuk selalu berharap.
Tak perlulah lama-lama, segera kuhapus namanya sebelum aku dilanda malu jika ketahuan yang lain.
Aku tahu suatu saat kita akan bertemu lagi dan mengulang barisan canda tawa kita.
Lalu aku berdiri, dengan senyum lebar kususul kembali keriuhan sahabat-sahabatku,
menikmati Cipanarikan.


:)


Sunday, July 1, 2012

My Review about novel My Name Is Kim Sam Soon


Judul: My Name Is Kim Sam Soon
Penulis: Ji Su Hyun
Genre: Romance, Comedy
Kategori: Fiksi, novel terjemahan
Penerbit: Haru
Terbit: Juni 2012
Harga: Rp 55.000

Awalnya, saya mengira saya akan bosan atau tidak tahan ketika disodori novel ini oleh Penerbit Haru -my favorite publisher nowadays. Saya bukan pecinta drama korea dan buat saya, membaca buku yang bukan dari genre yang biasanya saya sukai sama halnya seperti disodori sebuah kotak cokelat. Selalu penuh kejutan. Awalnya juga saya mengira saya tidak akan menghabiskan seluruh butiran cokelat dalam kotak tersebut, tapi ternyata saya keliru. Sama halnya dengan sebuah kotak yang berisi cokelat dengan berbagai rasa dan varian, novel ini juga menyuguhkan banyak rasa. Ada kelucuan, manisnya rasa yang membalut romansa cinta yang muncul dari dua insan, juga pahitnya kisah sedih di masa lalu, sepahit butiran cokelat klasik yang dikecap lidah.

Kisah ini diawali dengan seorang perempuan berumur 29 tahun yang merasa nama yang dimilikinya selalu membawa nasib sial, lagipula terdengar kampungan. Ia merasa nama 'Kim Sam Soon' membawa andil bagi buruknya kisah percintaannya, juga karirnya sebagai patissier yang hancur. Ia ingin mengganti namanya. Ia tidak ingin menjadi gadis kesepian selamanya. Bahkan ketika mengajukan diri ke biro jodoh pun, ia dipandang sebelah mata karena namanya. Kurang apalagi? Ini saatnya merubah nasib dimulai dengan mengganti nama!

Namun siapa yang mengira justru nama yang terdengar kampungan itulah yang kemudian mengantarkannya bertemu dengan pria tampan bernama Jang Do Young. Do Young adalah Direktur dari sebuah restoran elite di Seoul. Tak ada yang kurang dari pria berumur tiga puluhan awal ini. Perawakan yang tampan, masa depan cerah, lagipula pawai bermain piano. Hal yang pastinya akan membuat banyak perempuan takluk padanya. Tapi ada sesuatu yang membuat Do Young selalu menolak gadis-gadis yang disodorkan padanya. Ia selalu dengan sengaja membuat gadis-gadis tersebut akhirnya meninggalkannya sebelum berhubungan lebih lanjut. Dan akhirnya, ia malah memilih Kim Sam Soon untuk berada di sisinya.

Kim Sam Soon seharusnya merasa bahagia dengan keadaan ini. Setelah sekian lama ia berusaha menjadi gadis terbaik bagi pria yang diinginkannya, justru sekarang ada pria idaman yang malah menawarkan posisi untuk menjadi kekasihnya. Tapi ia tidak lantas merasa senang, justru sebaliknya. Dengan bersungut-sungut akhirnya Kim Sam Soon menerima 'pinangan' Do Young menjadi kekasihnya dengan syarat: Tidak boleh ada sentuhan fisik diantara keduanya dan tidak boleh ada ikatan hati yang sesungguhnya diantara keduanya. Hah? Hubungan macam apa itu?

Seperti yang sudah saya sebutkan di awal, novel yang dramanya lebih dulu melejit beberapa tahun lalu ini menawarkan rasa yang komplet. Saya tergelitik dengan sikap kekanak-kanakan Kim Sam Soon yang terus meributkan masalah nama. Bagaimanapun, saya menyukai karakter utama wanita ini. Contoh karakter yang jauh dari sempurna namun mengharapkan sesuatu yang indah di hidupnya. Sungguh mencerminkan kehidupan wanita sehari-hari. Di beberapa bagian kita juga akan disuguhkan kegetiran hidup dari masa lalu yang menyedihkan dari seorang Do Young, yang membawanya memiliki karakter angkuh seperti sekarang. Dan pastinya, kita juga akan terlena oleh manisnya perasaan cinta, semanis sebutir cokelat yang mengandung buah kismis.

Overall, this new book from Penerbit Haru is so worth to be read. Saya jadi kepingin lihat versi dramanya nih. Ada yang mau minjemin? 

;)

dinoy