Wednesday, May 30, 2012

Catatan di Kala Terbang


Ada perasaan bersalah setiap saya menjadikan traveling sebagai sarana 'pelarian'. Kata orang, itu nggak salah. Bukankah kita bepergian ke tempat yang asing demi mengistirahatkan pikiran kita dari kejenuhan rutinitas ?
Namun, saya ingin mengalami traveling dengan makna yang mendalam. Menikmati setiap hal yang saya jumpai, mencecap rasa baru yang selama ini belum pernah ada.
Dan, untuk itulah saya berada sekarang. Saya ingin menyiapkan diri untuk mengalami hal-hal baru yang selama ini tak saya temui. Meski tak bisa dipungkiri, ada hal-hal dari rutinitas yang harus saya biarkan terbang bebas.
Termasuk tentang dia, yang tersayang yang setiap hari menempati prioritas dalam celah pikir saya.
Saya nggak ingin lari. Saya hanya ingin membiarkan hati lepas dari perasaan yang menggelisahkan.
Dan saya ingin tenang. Seperti anak kecil di barisan kursi sebelah yang tenang dalam pangkuan ibunya. 
Sedari tadi saya memperhatikannya. Wajah  polosnya yang bermain-main sebelum pesawat tinggal landas.
Sementara sang ibu melingkarkan tangannya di pinggang anak kecil yang saya taksir usianya kurang dari satu tahun ini, si anak tetap tenang tak terganggu apapun.
Hingga pesawat mulai lepas landas, dan saya spontan menoleh padanya. 
Ah, ia bersandar dalam dekapan ibunya. Wajahnya tetap tenang, tak menyiratkan ketakutan pun kegelisahan.
Ia menjaminkan rasa amannya pada lengan wanita muda yang merengkuhnya sayang.
Saya mendadak cemburu. Saya ingin seperti itu. Saya ingin ketenangan yang dimiliki anak kecil ini.


17 Mei 2012
Di atas pesawat Citilink menuju Balikpapan, dari Jakarta.
Sekitar pukul 11:30 WIB
- dini -

Sunday, May 27, 2012

Hey Kamu





Masih belum bisa tidur, padahal jam di laptop udah jam tiga pagi.. Uuh, ini pasti gara-gara tidur siang pulang kantor tadi.. eh, kemarin maksudnya..
Sudah nge blog tentang traveling di Balikpapan, sudah ngedit artikel yang jadi proyek... Ngapain lagi ya? Hmm ...
Oke kita ngomongin seseorang aja ..


Hey kamu, adik kecilku, kapan pulang sih? Baru bulan depan ya? Ah itu juga nggak bisa langsung ketemu karena kamu langsung pulang ke rumah - yang jauh banget dari Jakarta, lol -

Kangen juga nih jalan-jalan bareng sama kamu lagi ..
Ngegangguin kamu, ngusilin kamu, dan pastinya kangen ngobrol-ngobrol langsung hahaa ^^

Hmm, tiap hari juga chat sih tapi ya pasti beda dong dengan ngobrol langsung xp

Jadi kangen juga bawa-bawa kamu naik metromini 'keliling' Jakarta ..
Panas-panasan, berdebu, sumpek ..
Di sana pasti lebih bagus ya sarana transportasi nya ..
Naik bus ber AC atau kereta bawah tanah ?

By the way aku seneng juga kalau lihat foto-foto mu selama di sana di facebook ..
Seems like you really having fun there !
Tapi jeleknya jadi makin kangen deh habis lihatnya, hahaa..

Btw lagi, sorry ya kalau selama ini suka ngomel-ngomel, udah jauh masih suka disewotin pula, pardon my bad habit, lol ..

Well, kamu cepat pulang aja deh.. Eh jangan cepet-cepet juga, pasti masih pengen enjoy hari-hari mu di sana..

Jangan lupa bawain oleh-oleh cerita yang buanyaaaak pas kita ketemu nanti ..



Salam,

Si kakak bawel ^^


Saturday, May 26, 2012

Balikpapan. Kenapa ?



Menikmati view laut dari salah satu mall di Balikpapan

Memang benar ya, kata pepatah: Ketika kita menginginkan sesuatu, maka semesta akan berkonspirasi  mewujudkannya untuk kita. Dan itulah yang terjadi di perjalanan saya kali ini. Kemana saya kali ini? Balikpapan adalah jawabannya, salah satu kota besar di bagian timur Kalimantan. Sudah lama saya ingin ke tempat ini, bahkan sejak setahun yang lalu. Saya ingat saat saya hendak booking tiket pesawat untuk ke Bangkok –saya traveling ke Bangkok pada bulan Oktober 2011- , sebenarnya awalnya saya mengincar tujuan Balikpapan. Cuma setelah dibandingkan harga tiketnya, waktu itu harga tiket pesawat sekali jalan ke Balikpapan dari Jakarta bahkan lebih mahal dari harga tiket ke Bangkok pulang pergi yang saat itu sedang promo, tentu saja dengan maskapai pesawat yang berbeda. Namun ketika sekitar pertengahan April lalu saya cek harga tiket pesawat untuk long weekend tanggal 17-20 Mei 2012, saya agak terkejut namun senang saat mengetahui bahwa tiket pulang-pergi Jakarta-Balikpapan-Jakarta ‘hanya’ sekitar 900ribuan, kurang dari sejuta. Well, untuk rute Kalimantan di saat peak season, menurut saya itu harga yang terjangkau. Akhirnya saya memutuskan untuk memesan tiket itu lewat agen tiket langganan saya. Butuh waktu beberapa hari sebelum akhirnya tiket saya sudah beres dipesan. Dan selama itu, saya sempat kehilangan mood saya karena si agen tidak kunjung memberi kabar. Namun saya ingat hari itu, saya baru saja membeli novel terbaru Dee Lestari – salah satu penulis favorite saya – yang berjudul “Partikel”. Belum membaca sampai keseluruhan, tapi saya sudah tiba di bagian yang membawa tokoh dalam novel itu berkunjung ke Pulau Kalimantan, yang akrab juga disebut Borneo. Bukan ke Balikpapan, memang, tapi saya seolah diberikan sinyal. Beberapa jam kemudian, teman saya yang agen tiket menghubungi saya, mengkonfirmasi ulang tiket saya dan, voila! Saya mendapatkan email tentang bukti tiket Jakarta-Balikpapan saya pulang pergi! Thank God ! Akhirnya saya akan memiliki perjalanan baru ke tempat yang baru dan.. jauh ! Entah kenapa, saya selalu merasakan sensasi setiap bepergian ke tempat yang jauh dari tempat saya berada selama ini. Padahal kalau dipikir-pikir ketika sudah sampai di sana, ya sama-sama berpijak pada bumi, kok. Hahaa, tapi begitulah saya, selalu suka menantang keberanian diri sendiri untuk melangkah lebih jauh. 


Oke, mungkin beberapa dari kalian akan bertanya, ‘Kenapa Balikpapan?’ karena itulah yang ditanyakan oleh beberapa teman saat tahu saya jalan-jalan ke Balikpapan. Ya, sebenarnya jawabannya simple aja kok, saya dari dulu ingin bisa bepergian ke pulau diluar pulau Jawa – selain Bali, yang pernah saya kunjungi sampai tiga kali-. Ada Vera di sana, teman kuliah yang lebih akrab justru saat kita sudah sama-sama jadi alumni dan sering bercakap-cakap di dunia maya. Saya ingin mengunjunginya, saya ingin jalan-jalan di sana bersama teman yang sudah saya kenal, jadi tidak perlu merasa asing. Oh ya, saya juga selalu excited bepergian ke tempat yang baru, yang belum pernah saya kunjungi. Buat saya, pasti ada hal-hal baru yang bisa diceritakan dari setiap tempat.

Oke.. oke.. sudah cukup banyak basa basinya.. mari mulai ke inti permasalahan. Jadi hari itu, Kamis tanggal 17 Mei 2012, dengan menumpangi pesawat Citilink GA 090 akhirnya saya tiba di tanah Kalimantan. Beberapa saat sebelum pesawat mendarat, aku terlonjak kegirangan, rasanya senang sekali akan tiba di suatu pulau yang selama ini cuma bisa saya lihat di peta. Borneo Island is about to be reached by me ! Dan hey, all I can saw through my window was sea.. Laut yang  besaaaarr.. dan dekat! Saking dekatnya, hati saya sempat berdesir sedikit takut. Gila aja, memang harus sedekat ini ya jarak antara pesawat saat hendak landing dengan laut? Pertanyaan saya terjawab saat benar-benar menginjak tanah Balikpapan. Kota Balikpapan terletak di pinggir laut, makanya hawa yang saya rasakan juga panas dan terik, bahkan menurut saya melebihi kota Surabaya, kota kelahiran saya yang terkenal panas itu. Sekitar pukul dua siang saat saya mendarat di Balikpapan, tapi rasanya matahari seolah nggak beranjak dari posisi pukul dua belas siang. Belakangan juga saat saya mengunjungi pantai Kemala di tengah kota Balikpapan, dekat juga dengan bandara Sepinggan, saya bisa melihat pesawat-pesawat yang hendak mendarat terlihat cukup jelas lho warna simbol maskapai di lambungnya! Bahkan nama salah satu maskapai penerbangan berlogo Singa bisa terbaca jelas dari pandangan mata saya saat bermain-main di pasir pantai Kemala. Ah, pantas saja saya seolah-olah ditarik oleh laut saat saya masih diatas pesawat dan hendak mendarat. Perjalanan saya selama empat hari di Balikpapan dipenuhi hal-hal baru yang menarik bagi pengalaman hidup saya. Kota ini berbeda dengan Jakarta, saya tidak menyesal memberikan uang dan waktu liburan saya untuk pergi kesini. Memang saya nggak pernah menyesal ketika pergi ke tempat yang baru, tapi Balikpapan adalah salah satu pengalaman berharga saya. Saya pergi ke pasar, mall, pantai, melihat kota dari puncak ‘gunung’, dan juga menjelajah kawasan hutan perbukitan. Semuanya berharga. Dan saya tidak akan menceritakan satu persatu di sini, tapi saya akan membuatnya semacam cerita berseri di tempat yang lain.. Will you wait for my stories?? ^^
dinoy


Sunday, May 6, 2012

We Cannot Stop Here- an Official book from Cube Entertainment


Judul: We Cannot Stop Here! 
Penulis: Hong Seung Seong
Penerbit: Haru
Genre: Non-fiction, pengembangan diri, buku terjemahan
Harga: Rp 65.000
Terbit: April 2012

Kalau melihat perkembangan trend artis-artis Korea saat ini, mungkin yang paling bisa kita lihat adalah kecemerlangan mereka sebagai bintang dunia, dan tentu keglamourannya. Tapi siapa yang sangka di balik itu ada perjuangan yang sangat melelahkan dan dilingkupi rasa putus asa selama bertahun-tahun. Dan di buku ini, Hong Seung Seong akan menceritakan semuanya. Beliau adalah pimpinan dari Cube Entertainment, salah satu agensi terkenal di Korea yang telah mengorbitkan beberapa nama yang tidak asing di telinga penggemar K-Pop, seperti boyband Beast, girlband 4Minute, atau penyanyi solo wanita G.Na.

Pesan harapan yang disampaikan kepada para pemuda yang memimpikan berdiri di atas panggung.

Begitulah yang ingin disampaikan Direktur Hong melalui buku yang ditulisnya ini. Ia menceritakan bagaimana kisahnya di dunia entertainment sebelum ia mendirikan Cube Entertainment. Saya terkesan dengan teladan yang ia ceritakan melalui seorang Rain (Ji Hoon), artis Korea yang mendunia bahkan tercantum dalam '100 orang paling berpengaruh di dunia' versi majalah Time. Rain yang tidak kenal lelah, dan mengenali sendiri apa yang ada dalam dirinya, sehingga menjadikannya fokus untuk mencapai tujuannya.

Sepertinya, aku bisa terus menjalankan tujuanku karena aku tidak pernah menggunakan tanda tanya dalam tujuanku melainkan tanda titik.

Perjuangan selanjutnya untuk membentuk dan mengorbitkan Beast, 4Minute, dan G.Na juga tidak kalah menginspirasi. Sebut saja cerita tentang Beast, boyband yang dulu kerap dicap sebagai 'grup daur ulang', karena beberapa personelnya merupakan peserta yang gagal saat audisi pembentukan boyband BIGBANG, 2 AM, dan 2 PM. Juga tentang 4Minute yang salah satu personelnya adalah mantan anggota girlband yang lebih dulu dikenal namanya, yaitu Wonder Girls. Tidak mudah bagi Direktur Hong untuk meyakinkan anak-anak muda ini bahwa mereka memiliki kesempatan untuk mewujudkan mimpi mereka. Kegagalan demi kegagalan yang mereka alami kerap kali mengecilkan hati mereka, juga membuat mereka putus asa. Direktur Hong tidak menawarkan jalan yang mudah dan instan. Baginya, 'sebuah proses tidak akan matang jika tidak memakan waktu lama'. Namun disinilah kepemimpinannya teruji. Ia tidak menjadikan anak-anak muda ini sekedar sebagai aset yang akan membawa nama Cube Entertainment menjadi agensi ternama. Namun lebih dari itu, ia menjadikan dirinya sebagai ayah yang bertanggung jawab terhadap perkembangan dan masa depan anak-anaknya. Kerap kali Direktur Hong harus bersikap tegas ketika anak-anak didiknya tidak bisa mematuhi peraturan atau tidak menunjukkan perkembangan yang diharapkan. Bahkan beberapa dari mereka sempat merasakan 'dipecat' dari Cube dan dipulangkan ke orang tua masing-masing. Dan begitu juga yang dirasakan sendiri oleh anggota Cube, Direktur Hong sudah seperti ayah bagi mereka sendiri. Ayah yang tahu kapan menghibur dan memanjakan anak-anaknya, juga tahu kapan harus menegur dan memarahi ketika mereka mulai berulah. Bahkan G.Na yang menjadi anak yatim sejak ia kecil pun turut merasakan itu. 'Beliau adalah orang yang membuat kita merasa seperti anak perempuan yang tinggal di sebuah rumah yang penuh kehangatan,' tutur G.Na mengenai seorang Direktur Hong Seung Seong.

Banyak sekali pesan yang disampaikan dalam buku ini. Selain tentang kisah para artis sebelum memulai debut mereka, Direktur Hong juga membagikan hal-hal yang sangat penting untuk dimiliki dan dilakukan dalam dunia bisnis entertainment, yang saya rasa juga dapat diterapkan secara umum. Dalam bagian tertentu, ia menekankan pentingnya menjalin hubungan interpersonal yang baik dan dekat dengan orang lain. Pada awalnya, Direktur Hong sendiri mengakui bahwa ia tidak terlalu tahu bagaimana caranya mengembangkan dan mempertahankan sebuah hubungan, namun ia belajar dari para pendahulunya. Sampai akhirnya ia bisa mendirikan perusahaannya sendiri dan menjalin hubungan yang baik dengan para karyawan dan para trainee.

Bila menjalin hubungan dengan orang lain secara tulus, menurutku kekayaan dan ketenaran akan datang secara alami.

Akhirnya, sebagai seorang yang tidak terlalu menggemari K-Pop, saya bisa mengatakan saya menyukai buku ini, karena banyak sekali nilai dan prinsip yang dibagikan yang dapat menginspirasi kehidupan secara umum. Dari sini saya belajar dari keteguhan hati Direktur Hong, dan pastinya terinspirasi oleh semangat juga sekaligus kesedihan dari anak-anak muda di Cube dalam perjuangan mereka mencapai tujuan. Salut untuk tim penerjemah dan editor yang membuat buku terjemahan yang diterbitkan oleh Penerbit Haru ini menjadi enak dibaca dan dinikmati.