Ada perasaan bersalah setiap saya menjadikan traveling sebagai sarana 'pelarian'. Kata orang, itu nggak salah. Bukankah kita bepergian ke tempat yang asing demi mengistirahatkan pikiran kita dari kejenuhan rutinitas ?
Namun, saya ingin mengalami traveling dengan makna yang mendalam. Menikmati setiap hal yang saya jumpai, mencecap rasa baru yang selama ini belum pernah ada.
Dan, untuk itulah saya berada sekarang. Saya ingin menyiapkan diri untuk mengalami hal-hal baru yang selama ini tak saya temui. Meski tak bisa dipungkiri, ada hal-hal dari rutinitas yang harus saya biarkan terbang bebas.
Termasuk tentang dia, yang tersayang yang setiap hari menempati prioritas dalam celah pikir saya.
Saya nggak ingin lari. Saya hanya ingin membiarkan hati lepas dari perasaan yang menggelisahkan.
Dan saya ingin tenang. Seperti anak kecil di barisan kursi sebelah yang tenang dalam pangkuan ibunya.
Sedari tadi saya memperhatikannya. Wajah polosnya yang bermain-main sebelum pesawat tinggal landas.
Sementara sang ibu melingkarkan tangannya di pinggang anak kecil yang saya taksir usianya kurang dari satu tahun ini, si anak tetap tenang tak terganggu apapun.
Hingga pesawat mulai lepas landas, dan saya spontan menoleh padanya.
Ah, ia bersandar dalam dekapan ibunya. Wajahnya tetap tenang, tak menyiratkan ketakutan pun kegelisahan.
Ia menjaminkan rasa amannya pada lengan wanita muda yang merengkuhnya sayang.
Saya mendadak cemburu. Saya ingin seperti itu. Saya ingin ketenangan yang dimiliki anak kecil ini.
17 Mei 2012
Di atas pesawat Citilink menuju Balikpapan, dari Jakarta.
Sekitar pukul 11:30 WIB
- dini -
2 comments:
dalem banget isinya kak~
dalem yakh? eh gue gitu loh~ :)))
Post a Comment