metrolic.com |
Otak saya sedang lelah karena sedari kemarin mencoba mengerjakan tugas untuk seleksi mingguan dari salah satu penerbit. Seleksi apa? Seleksi kepenulisan pastinya. Lebih tepatnya lagi, tanya saya via jalur pribadi saja, ya! ;)
Menulis adalah salah satu hobi saya, dan hal yang sempat menjadi passion saya. Kenapa saya bilang sempat? Karena hobi itu hanya berakhir menjadi hobi dan saya tidak pernah benar-benar menyeriusinya lagi. Well, kirim cerpen ke koran dan majalah sih pernah lah, satu-dua kali waktu masih remaja dulu. Ditolak, dan belum pernah mencoba lagi.
Menyerah? Mungkin saja. Saya sempat menyimpulkan bahwa saya lebih cocok menjadi seorang pembaca saja, belum mampu menjadi penulis yang telaten. Sudah berulang kali saya mencoba menulis naskah novel, tapi selalu terhenti sampai di tengah-tengah saja. Niat sudah kuat, namun apa daya kekonsistenan tidak berjalan seiringan. Ada saja alasan untuk pembenaran saya menyerah. Entah alasan kerjaan, atau memang idenya belum dapat lagi.
Namun akhir-akhir ini passion itu menyapa lagi. Saya mulai rajin membaca novel, bahkan untuk genre yang sebelumnya tidak pernah saya baca. Beberapa kali juga saya membantu teman untuk memeriksa ulang naskah yang akan diterbitkannya sebagai novel. Dari situ juga saya mulai melatih diri menulis resensi-resensi novel yang sudah saya baca. Tidak semua novel sih, pastinya novel yang saya sukai yang akan saya tulis resensinya. Haha!
Lalu kesempatan itu tiba, ketika saya membaca pengumuman dari sebuah penerbit, bahwa mereka akan membuka kelas penulisan jarak jauh, dengan sasaran akhir menulis novel. Hanya beberapa orang saja yang boleh mengikuti kelas ini dengan mengikuti seleksi dulu sebelumnya. Syarat untuk mendaftar ikut seleksi mudah saja, hanya mengirimkan email kosong. Wow! Lalu saya pun mendaftar tanpa banyak berpikir.
Tugas-tugas mingguan pun mulai datang. Mulai dari menulis fiksi mini sepanjang 300an kata, sampai yang terakhir menulis cerita pendek sepanjang 3000an kata. Eits, jangan salah. Peserta tidak diperkenankan sembarang menulis cerita, karena tema dan setting mereka yang menentukan. Bahkan ada salah satu tugas yang meminta kita menulis cerita pendek tentang seorang ayah yang ditinggal mati oleh putranya, namun kami nggak boleh menggunakan kata-kata yang menunjukkan langsung peristiwa itu, seperti: meninggal, tewas, kecelakaan, kubur, sakit, dan sejenisnya.
Di setiap tugas yang diberikan saya selalu tertantang memutar otak. Saya akui, itu nggak mudah. Menuntut untuk menggali kreativitas dan ide-ide yang baru. Di sinilah ketelatenan dan kekonsistenan saya diuji. Saya diminta untuk menulis, namun bukan sepenuhnya seperti yang saya mau. Apa jadinya ketika kita diminta melakukan hobi, namun didikte saat melakukan hal tersebut? Bosan? Kesal? Jengkel? Ya, saya tidak ada alasan untuk mengeluh, kan ini juga untuk keperluan saya juga. Saya bisa saja dengan mudah menyerah dan mengundurkan diri dengan tidak mengerjakan tugas, tapi hal itu hanya akan membuang kesempatan saya. Toh kalau saya mengerjakan sampai akhir, belum tentu juga saya yang terpilih. Tapi kalau saya mundur ditengah-tengah, sudah jelas saya nggak akan terpilih, hehee ...
Jadi sekarang saya menulis artikel di blog ini ditengah tengah kemacetan harus menulis 3000an kata untuk sebuah cerita pendek, namun 90% dari jumlah kata itu harus berupa dialog, tentunya dengan petunjuk yang mereka tetapkan. Terakhir sih saya baru bisa membuat 85% dialog dari keseluruhan cerita yang saya buat sejak kemarin sore dan terus saya revisi hingga malam dan terakhir, barusan tadi (pukul 12:50). Ah, saya nggak mau menyerah, pasti nanti akan ada ide muncul lagi.. Doakan saya lanjut hingga tahap akhir, ya! ^^
dinoy
No comments:
Post a Comment