Three gossips | Vector by Bazaar Designs | Edited
Hmm... ceritanya mengejar ketertinggalan nih, soalnya Mput dan Chei udah posting duluan, tinggal saya yang belum. *hehe* Jadi, tema obrolan kedua ini dicetuskan oleh tuan Putri Mput Keciput. *hehe*. "Drama dalam Karya" Apa yang terlintas di benakmu ketika mendengar tiga kata itu? Oke, karena saya adalah seorang pemeriksa naskah, bolehlah ya saya mencatut pengertian dari KBBI:
- Drama: Cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater; kejadian yang menyedihkan.
- Karya: Pekerjaan; hasil perbuatan; buatan; ciptaan (terutama hasil karangan).
Setiap manusia, saya yakin, pasti mengalami drama dalam kehidupannya. Seperti yang dikatakan oleh seorang penggubah lagu, bahwa dunia ini adalah panggung sandiwara, dan di mana di atas panggung pasti sering terjadi konflik antar pelakunya, dan emosi yang tersulut karenanya. Lalu, bagaimana jika sebuah drama turut terlibat dalam karya anak manusia? Jujur saja, ketika Mput mengajukan tema ini, saya rasa memang menarik, tapi sekaligus membuat mikir... karena tema ini rentan membuat saya menyindir para kaum tersohor yang sering membaurkan dua unsur ini. Bagaimana dapat membahas tema ini tanpa menyebut nama? Tapi, baiklah biar saya memberi contoh tanpa menyebut nama jelasnya:
- Seorang anak petani datang jauh-jauh dari desa di ujung utara Sumatra ke Jakarta untuk meraih mimpi di sebuah ajang pencarian bakat. Singkat cerita, dia berhasil menjadi juara satu. Tak murni kemampuan atau olah suaranya yang membuatnya menang, tapi juga kisah hidup, perjuangannya dari keluarga kurang mampu hingga bisa dipilih jutaan pemirsa.
- Masih tentang ajang pencarian bakat menyanyi, namun di stasiun TV berbeda. Ada seorang pria pengamen yang suaranya cukup nendang--meski bagi saya kontestan lainnya lebih berhak juara--akhirnya dipilih masyarakat menjadi idola kala itu. Tak lupa cerita tentang latar belakangnya diangkat, termasuk rumah tangganya.
- Jika rajin menyimak acara infotainment, maka pasti sudah biasa menyimak berita perpisahan pasangan suami-istri dari kalangan artis. Dulu, saya menganggap sebuah kebetulan, ketika mereka sedang dalam proses perceraian, eh kok salah satunya ternyata dikabarkan sedang menyiapkan album baru, konser, film, atau sinetron terbaru. Hm, kebetulan yang berulang kok rasanya jadi mencurigakan, ya? Well...
So, you got my point?? Yang ingin kami--aku, Mput, dan Chei--angkat adalah, sebenarnya boleh tidak sih seperti itu? Memasukkan drama hidup sebelum resmi mengeluarkan sebuah karya?? Apakah tidak seharusnya karya itu dinilai objektif karena benar-benar karya itu bagus?? Saya percaya, pendapat kalian pasti berbeda-beda. Ada yang bilang sah-sah saja, bahkan drama diperlukan sebagai bumbu-bumbu penyedap agar sang artis dikenal dahulu, ada yang tegas-tegas menolak. Pengujian yang sahih menurut saya pada akhirnya adalah waktu.
Teman-teman yang mengikuti ajang pencarian bakat itu misalnya, nggak selamanya kok mereka terus dibantu oleh stasiun TV penyelenggara. Kontrak itu--setahu saya--tetap ada masa berlaku, dan sesudah itu mereka harus pintar-pintar mencari manajemen yang dapat mengasah bakat dan keeksistensian mereka di dunia hiburan. Untuk kasus yang nomor satu misalnya, sang pemuda dari Aceh sudah tak pernah terdengar lagi namanya di dunia hiburan, terakhir saya dengar dia menjalankan bisnis yang sama sekali di luar menyanyi. Lalu untuk kasus nomor dua lebih memprihatinkan, seperti sebuah permata yang baru diangkat dari lumpur kotor dan digosok-gosok hingga bersinar, tetapi tak lama dia tenggelam lagi dalam lumpur itu. Saya pernah mendengar kabar bahwa rumah tangganya bermasalah karena dia melakukan kekerasan. Hm... apa kata para pemirsa yang awalnya kepincut sama suara plus drama hidupnya, yang kemudia memilihnya sebagai pemenang ya?
Lalu untuk para artis yang dikabarkan bercerai, dan kebetulan di saat yang sama mereka sedang menyiapkan karya terbaru..... Saya memang tidak bisa serta-merta menuduh yaa. Bisa jadi memang kebetulan, tetapi kok terlalu sering seperti itu? Ataukah justru karena sedang terpuruk dalam perpisahan, lalu menginspirasi mereka untuk mencipta karya sendu--dalam waktu yang supercepat?? [masih tak tahu jawaban sesungguhnya, yang pasti saya masih menaruh curiga bahwa kabar miring sengaja diembuskan dulu agar nama mereka berkibar, baru deh masyarakat akan lebih cepat nempel sama karya barunya]
Drama dalam karya, jika memang sengaja dilakukan, tujuannya adalah publisitas. Jangan salahkan kalau mereka masih terus konsisten melakukannya. Hei, akui saja, masyarakat kita kan senang dengan drama-drama seperti itu. Saya sering mendengar dalam dunia jurnalisme, bahwa "bad news is a good news". Semakin buruk beritanya, semakin ngenes kisah hidup seseorang, maka semakin "bagus" pula responsnya di tengah masyarakat. Let just admit, we live among people who easily judge, and curious at the same time. *ngaca*
Jadi kesimpulannya, apakah saya menyukai drama di balik sebuah karya? Hm, kalau yang dimaksud drama itu adalah kisah inspiratifnya menuju kesuksesan, ya, i kinda like it, tapi tetap karyanya sendiri juga harus bagus. Namun jika yang dimaksud adalah drama settingan yang sengaja menciptakan konflik dengan orang lain agar namanya tersiar dulu baru kemudian karyanya... kok rasanya malah kayak "menyiksa diri" yaa? What do you say about this?? :)
Read also:
From Mput: http://t.co/KGzxQCfaZM
From Chei: http://t.co/1sc7Uqok01
3 comments:
Ia betul dunia panggung sandiwara spt contoh di atas.
eh..jangan2 kalian b3 suka 'berantem' ini gara2 mau membentuk trio mbem ya..hehehe #peace
Lol... ah, ketahuan deeh sama Bundaaa! :)))
huahaha, strategi marketing kita terlalu sederhana! XD
Post a Comment