Sunday, September 2, 2012

Jika Ini Bukan Cerita Cinta



Jika ini bukan cerita cinta, lalu kenapa aku menangkap kilatan gundah di muka Akshara saat terduduk di tempat favoritenya?

Jika ini bukan cerita cinta, apakah aku salah melihat keromantisan dalam mata Bumi saat mengamati perempuan penulis itu dalam diam?

Dan jika ini bukan cerita cinta, akankah aku keliru mengartikan sikap cemburu yang disiratkan Koma melalui sikap tenangnya?

Saya menikmati permainan merangkai kata dalam kalimat yang dilakukan Windy Ariestanty dalam novella ‘Bukan Cerita Cinta’ di buku Kala Kali ini. Dengan kekhasannya sebagai seorang editor, ia mengajak pembaca untuk mengurai jalinan (bukan) cerita cinta melalui baris-baris kalimat baku yang tanpa terasa menjadi enak untuk dicerna. Dari awal cerita saya sudah mulai bisa menebak bahwa ini adalah cerita tentang pria yang jatuh cinta kepada sahabatnya diam-diam. Tentang si sahabat perempuan yang sibuk dalam dunia dan angannya sendiri akan cinta, mencurahkan segala isi hati dan rahasia kegundahannya pada teman prianya, tanpa ia sadari bahwa si pria ini menganalisanya begitu cermat.

Cinta itu tak memerlukan ukuran dan pengakuan. Ia hadir begitu saja melalui telinga yang mendengarkan, mulut yang siap menyorongkan kalimat sanggahan setiap orang yang dicintai bertindak tak semestinya. Cinta itu seperti kuku jari yang kadang tampak mengganggu dan menyakiti ketika menggores kulit, namun selalu ada dan tumbuh walau dipotong. Cinta itu layaknya ia yang bersedia memacu kendaraan lebih cepat meninggalkan segala kenyamanan, demi memastikan kamu akan tertidur pulas meski sedang sakit. Cinta itu hadir tanpa tendensi, namun kuat dan mengutuhkan.

Cinta itu cukup. Dan secukup inilah saya mengurai resensi saya tentang ‘Bukan Cerita Cinta’, novella yang membuat saya belajar akan bahasa dari sisi yang lain. Lain kali, saya akan mencoba untuk membuat jalinan cerita dari satu kata yang saya comot acak dari sebuah buku kamus. ;)


dinoy

No comments: