Gue mengedarkan kepala. Ke sembarang arah.
Lalu, mata gue terhenti pada mereka, dan terpaku. Nah, benar kan, dugaan gue.. Mereka
datang bersama. Benar, mereka saling mencinta sejak perjalanan bersama kami di
awal tahun itu. Tapi,, bukankah mereka berbeda? Bukankah temanku ini seorang
aktivis gereja yang tentunya tahu bahwa cintanya terlarang? Ah! Coba berkaca
dulu kamu, Din, apakah kamu lebih baik dari mereka? Bukankah kamu saat ini juga
sedang mencintai seseorang yang tak boleh kamu beri rasa seperti itu? Kamu tak
lebih suci dari teman kamu itu, Dini ..
Buru-buru gue menundukkan kepala saat kepala
mereka mulai bergerak. Gue memilih untuk pura-pura tidak tahu saja. Toh,
sepertinya mereka juga menyembunyikan keberadaan mereka bersama saat ini di
tempat ini. Mereka tahu gue ada di sini juga, tapi mereka sama sekali tak
berinsiatif mengajak untuk bertemu. Gue anggap, kepura-puraan gue adalah hal
yang menguntungkan bagi mereka. Tuh, benar kan.. saat gue perlahan memberanikan
diri mengangkat kepala lagi, si cewek yang adalah teman yang lebih dulu gue
kenal, sudah kembali duduk, sementara si cowok yang juga gue kenal karena suatu
perjalanan, masih berdiri. Tetapi tak lama dia duduk juga. Asumsi gue, si cewek
menyuruh cowoknya duduk juga karena menyadari keberadaan gue. Haha..
Cinta adalah rasa yang tak mengenal
persyaratan, gue rasa.
setting: Borobudur, 25 Mei 2013
No comments:
Post a Comment