Monday, April 1, 2013

Resensi film Madre




Saya tidak membawa ekspektasi apa-apa saat hendak menonton film ini, saya bahkan sudah agak lupa dengan jalan cerita Madre yang saya baca sekitar satu setengah tahun lalu. Film ini berkisah tentang Tan Sen, cowok cuek yang datang jauh-jauh dari Bali, meninggalkan sejenak kehidupannya yang santai sebagai surfer, untuk menemui pengacara pria yang mendadak menjungkirbalikkan hidupnya. Pengacara tersebut mengatakan bahwa Tan Sie Gie, kakeknya, mewariskan sesuatu kepada Tan Sen sebelum ia meninggal. Tan Sen yang bahkan tidak pernah bertemu langsung dengan kakek kandungnya tentunya heran, apa sih yang diwariskan kepadanya? Ternyata adalah sebuah kunci, untuk membuka gembok yang menutupi kulkas tua yang berisi sestoples besar adonan biang, bernama Madre.

Gara-gara Madre hidup Tan Sen berubah. Ia harus hidup bersama pak Hadi, mantan pegawai kakeknya yang sering tidak dapat ia mengerti. Tan Sen bertemu dengan Mei, wanita karier yang sangat terobsesi pada Tan de Bakker, toko roti tua milik Tan Sie Gie yang bahkan sudah tutup. Mei juga sangat terobsesi pada Madre dan berniat membelinya. Tan Sen jatuh cinta pada Mei, yang sayangnya sudah punya calon suami. Tan Sen menjadi gamang akan hidupnya, bolak balik Bandung-Bali untuk memantapkan keputusannya.

Di awal film, saya menikmati sekali adegan-adegan lucu yang disajikan, antara Tan Sen dan pak Hadi. Lalu ada juga keterharuan yang meliputi tatkala bersinggungan dengan masa lalu. Laura Basuki sebagai Mei pun memesona saya dengan penampilannya yang cantik (dari segi fisik dan akting). Tapi menjelang tengah saya mulai bosan, alurnya mulai melambat, banyak narasi yang menggambarkan Tan Sen sedang monolog. Belum lagi perpindahan watak Tan Sen yang sebelumnya cuek jadi sedikit-sedikit melow. Mungkin terpengaruh oleh semangat 5 orang mantan pegawai kakeknya yang sudah jadi kakek-nenek, tapi tetap bertekad menghidupkan Madre dan Tan de Bakker kembali. Sudah begitu, konfliknya kok terasa nanggung ya, terutama konflik roman antara Tan Sen dan Mei, juga kehadiran James sebagai calon suami Mei yang arogan. Akhir ceritanya juga terkesan begitu saja, tidak ada penyelesaian antara 'cinta segitiga' Tan Sen-Mei-James. Berawal saya iseng-iseng main hape, coba fokus sama filmnya, tapi akhirnya disambi main hape lagi karena bosan. :)

Tidak buruk-buruk amat, meski saya juga tidak bisa terlalu merekomendasikannya. About the cast: Vino Bastian was good, but the stars were Didi Petet (Mr. Hadi) and Laura Basuki (Mei)  :)

No comments: